Manusia
dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan
merupakan dua hal yang sangat erat sekali terkait satu sama lain. Dalam
pembahasan awal mengenai mata kuliah IBD kita sudah bicarakan bahwa kedua hal
tersebut merupakan dasar bagi pembahasan materi – materi selanjutnya. Dalam
uraian ini kita akan mencoba membahas tentang pengertian – pengertian dasar
tentang manusia dan kebudayaan. Uraian ini dimaksudkan untuk memberikan dasar
yang lebih kuat pembahasan tentang materi IBD.
A.
Manusia
Manusia di alam dunia
memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilmu
eksakta, mausia dipandang sebagai kumpulan dari partikel – partikel atom yang
membentuk jaringan – jaringan system yang dimiliki oleh manusia (ilmu kimia),
manusia merupakan kumpulan dari berbagai system fisik yang saling terkait satu
sama lain dan merupakan kumpulan dari energy (ilmu fisika), manusia merupakan
mahluk biologis yang tergolong dalam golongan mahluk mamalia (biologi). Dalam
ilmu-ilmu social manusia merupakan mahluk yang ingin memperoleh keuntungan atau
selalu memperhitungkan setiap kegiatan, sering disebut homo economicus (ilmu
ekonomi), manusia merupakan mahluk social yang tidak dapat berdiri sendiri
(sosiologi), mahluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), mahluk
yang berbudaya, sering disebut homo – humanus (filsafat), dan lain sebagainya.
Dari definisi –
definisi tersebut diatas kita dapat melihat bahwa manusia selain dapat
dipandang dari banyak segi, juga mempunyai banyak kepentingan. Tetapi siapakah
manusia itu sebenarnya ? dengan berdasar pada uraian diatas tentu kita akan
mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut, oleh karena itu kita akan
mencoba menerangkan siapa manusia itu dari unsur – unsur yang membangun
manusia.
Ada dua pandangan yang
akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur – unsur yang membangun
manusia :
1. Manusia
itu terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu
a.
Jasad yaitu : badan kasar manusia yang
nampak pada luarnya, dapat diraba dan difoto dan menempati ruang dan waktu.
b.
Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup,
yang ditandai dengan gerak
c.
Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan
Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu
kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan
d.
Nafs, dalam pengertian diri atau
keakuan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri
2.
Manusia sebagai satu kepribadian
mengandung tiga unsur yaitu :
a Id,
yang merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak
nampak. Id merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukkan cirri
alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingtual
menentukan proses – proses ketidaksadaran (unconscious). Id tidak berhubungan
dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait dengan struktur lain kepribadian
yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting id dengan dunia luar.
Terkukung dari realitas dan pengaruh social, id diatur oleh prinsip kesenangan,
mencari kepuasan instingtual libidinal yang harus dipenuhi baik secara langsung
melalui pengalaman seksual, atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
Proses pemenuhan kepuasan yang disebutkan terakhir yang dilakukan secara tidak
langsung disebut sebagai proses primer. Obyek yang nyata dari pemuasan
kebutuhan langsung dalam prinsip kesenangan ditentukan oleh tahap
psikoteseksual dari perkembangan individual.
b Ego,
merupakan bagian atau struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari id,
seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam
menghubungkan energy id ke dalam saluran social yang dapat di mengerti oleh
orang lain. Perkembangan ego terjadi antara usia satu dan dua tahun, pada saat
anak secara nyata berhubungan dengan lingkungannya. Ego diatur laku sehingga
dorongan instingtual id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima.
Pencapaian obyek – obyek khusus untuk mengurangi energy libidinal dengan cara
yang dalam lingkungan social dapat diterima disebut sebagai proses sekunder .
c Superego,
merupakan struktur kepribadian yang paling akhir, muncul kira – kira pada usia
lima tahun. Dibandingkan dengan id dan ego, yang berkembang secara internal
dalam diri individu, superego terbentuk dari lingkungan eksternal. Jadi
superego merupakan kesatuan standar – standar moral yang diterima oleh ego dari
sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya
merupakan asimilasi dari pandangan – pandangan orang tua, baik aspek negative
maupun positif dari standar moral tingkah laku ini diwakilkan atau ditunjukkan
oleh superego. Kode moral positif disebut ego ideal, suatu perwakilan dari
tingkah laku yang tepat bagi individu untuk dilakukan. Kesadaran membentuk
aspek negative dari superego, dan membentuk hal – hal mana yang termasuk dalam
kategori tabu, yang mengatur bahwa penyimpangan dari aturan tersebut akan
menyebabkan dikenakannya sangsi. Superego dan id berada dalam kondisi konflik
langsung, dan ego menjadi penengah atau mediator. Jadi superego menunjukkan
pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan control diri melalui system
imbalan dan hukuman yang terinternalisai.
Dari uraian diatas dapat mengkaji aspek tindakan manusia
dengan analis hubungan tindakan dan unsur – unsur manusia. Seringkali, misalnya
orang yang senang terhadap penyimpangan terhadap nilai – nilai masyarakat dapat
di identifikasi bahwa orang tersebut lebih dikendalikan oleh id dibanding super
ego-nya, atau seringkali ada kelainan yang terjadi pada manusia, misalnya orang
yang berparas buruk dan bertubuh pendek berani tampil ke muka umum, dapat
diterangkan dengan mengacu pada unsur nafs (kesadaran diri) yang dimilki oleh
manusia. Kesemua unsur tersebut dapat digunakan sebagai alat analisa bagi
tingkah laku manusia.
B.
HAKEKAT
MANUSIA
a
Mahluk
ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba,,dirasa,
wujudnya konkrit tetapi tidak abadi. Jika manusia itu meninggal, tubuhnya
hancur dan lenyap. Jiwa terdapat didalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak
dapat diraba, sifatnya abstrak tetapi abadi. Jika manusia meninggal, jiwa lepas
dari tubuh dan kembali ke asalnya yaitu Tuhan, dan jiwa tidak mengalami
kehancuran. Jiwa adalah roh yang ada didalam tubuh manusia sebagai penggerak
dan sumber kehidupan.
b
Mahluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingakan dengan mahluk lainnya.
Kesempurnaanya terletak pada abad dan budayanya, karena
manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan khendak yang
terdapat didalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya nilai baik dan buruk, mengharuskan
manusia mampu mempertimbangkan , menilai dan berkhendak menciptakan kebenaran,
keindahan, kebaikan dan sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia
mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia itu ada dua
macam, yaitu perasaan inderawi dan perasaan rohani. Perasaan inderawi adalah
rangsangan jasmani melalui pancaindra, tingkatnya rendah dan terdapat pada
manusia atau binatang. Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya
terdapat pada manusia misalnya :
1.
Perasaan intelektual, yaitu perasaan
yang berkenaan dengan pengetahuan. Seseorang merasa senang atau puas apabila ia
mengetahui sesuatu, sebaliknya tidak senang atau tidak puas apabila ia tidak
berhasil mengetahui sesuatu.
2.
Perasaan estestis, yaitu perasaan yang
berkenaan dengan keindahan. Seseorang merasa senang apabila ia melihat atau
mendengar sesuatu yang indah, sebaliknya timbul perasaan kesel apabila tidak
indah.
3.
Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenaan
dengan kebaikan. Seseorang merasa senang apabila sesuatu itu baik, sebaliknya
perasaan benci apabila sesuatu itu jahat.
4.
Perasaan diri, yaitu perasaan yang
berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain. Apabila
seseorang memiliki kelebihan pada dirinya, ia merasa tinggi, angkuh, dan
sombong, sebaliknya apabila ada kekurangan pada dirinya ia merasa rendah diri
(minder).
5.
Perasaan social, yaitu perasaan yang
berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan
kehidupan orang lain. Apabila orang berhasil, ia ikut senang, apabila orang
gagal, memperoleh musibah, ia ikut sedih.
6.
Perasaan religious, yaitu perasaan yang
berkenaan dengan agama atau kepercayaan. Seseorang merasa tentram jiwanya
apabila ia tawakal kepada Tuhan, yaitu mematuhi segala perintah – Nya dan
menjauhi larangan – Nya.
Adanya
kehendak dari setiap manusia mampu menciptakan perilaku tentang kebaikan
menurut moral.
c
Mahluk
biokultural, yaitu mahluk hayati yang budayawi
Manusia adalah produk dari saling tindak atau interaksi
factor – factor hayati dan budayawi. Sebagai mahluk hayati, manusia dapat
dipelajari dari segi – segi anatomi, fisilogi atau faal, biokimia,
psikobiologi, patologi, genetika, biodemografi, evolusibilogisnya, dan
sebagainya. Sebagai mahluk budayawi manusia dapat dipelajari dari segi – segi :
kemasyarakatan, kekerabatan, psikologi social, kesenian, ekonomi, perkakas,
bahasa, dan sebagainya.
d
Mahluk
ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan
martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran
“eksistensialisme: memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah
mahluk alamiah pula.
Hidup manusia mempunyai tiga taraf, yaitu estetis, etis
dan religious. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia
sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya)
dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan
kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk – bentuk keputusan
bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religious, manuisa menghayati
pertemuannya dengan Tuhan.
Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin dekat pula
ia menuju kesempurnaan dan semakin jauh ia dilepaskan dari rasa kekhawatiran.
Semakin mendalam penghayatan terhadapt Tuhan semakin bermakna pula
kehidupannya, dan akan terungkap pula kenyataan manusia individual atau
kenyataan manusia subyektif yang memiliki harkat dan martabat tinggi.
C.
KEPRIBADIAN
BANGSA TIMUR
Francis L.K Hsu, sarjana Amerika keturunan Cina yang
menkombinasikan dalam dirinya keahlian didalam ilmu antropologi,ilmu psikologi,
ilmu filsafat dan kesusastraan cina klasik. Karya tulisnya berjudul
Psychological Homeostatis Cina Klasik. Majalah Amercan Antrhropologist, jilid
73 tahun 1971, halaman 23-24.
Ilmu psikologi yang memang berasal dan timbul dalam
masyarakat barat, dimana konsep individu itu mengambil tempat yang amat
penting, biasanya menganalisis jiwa manusia dengan terlampau banyak menekan
kepada pembatasan konsep individu sebagai kesatuan analisis tersendiri.
Sampai sekarang, ilmu psikologi di Negara – Negara barat
itu terutama mengembangkan konsep –konsep dan teori – teori mengenai area warna
isi jiwa, serta metode – metode dan alat – alat untuk menganalisi dan mengukur
secara detail isi jiwa individu itu. Sebaliknya, ilmu itu masih kurang
mengembangkan konsep – konsep yang dapat menganalisi jaringan berkait antara
jiwa individu dan lingkungan social budayanya.
Untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu,
hanya sebagai subyek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka
Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa dalam jiwa manusia sebagai social
budaya itu mengandung delapan daerah yang seolah – olah seperti lingkaran –
lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan su
sadar. Kedua lingkaran berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan
terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang telah terdesak ke dalam, sehingga
tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan. Bahan pemikiran dan
gagasan tadi sering tidak utuh lagi, beberapa nagian sudaj hilang terlupakan,
dan unsur – unsurnya ibarat isi impian sudah tidak lagi tersusun menurut logika
yang biasa dianut manusia dalam hidupnya sehari –hari. Individu yang
bersangkutan sudah lupa akan unsur – unsur pikiran dan gagasan tersebut, tetapi
dalam keadaan tertentu unsur –unsur itu bias meledak keluar lagi dan mengganggu
kebiasaan hidup sehari –harinya. Daerah pedalaman dan jiwa manusia sudah banyak
diteliti dan dianalisis oleh para ahli psikoanalisis seperti Sigmund freud dan
pengikut – pengikutnya.
Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan
(unexpressed conscious). Lingkaran itu terdiri dari pikiran – pikiran dan
gagasan – gagasan yang disadari oleh si individu yang bersangkutan, tetapi
disimpannya saja di dalam alam jiwanya endiri dan tak dinyatakan kepada
siapapun juga dalam lingkungannya. Hal itu disebabkan ada kemungkinan, bahwa :
a
Ia takut salah dan takut dimarahi
orang apabila ia menyatakannya, atau karena ia punya maksud jahat.
b
Ia sungkan menyatakannya, atau
karena belum yakin bahwa ia akan mendapat respons dan pengertian yang baik dari
sesamanya, atau takut bahwa walaupun diberi respons, respons itu sebenarnya tak
diberikan dengan hati yang ikhlas atau juga karena ia takut ditolak mentah –
mentah.
c
Ia malu karena takut ditertawakan,
atau karena ada perasaan bersalah yang mendalam
d
Ia tidak bisa menemukan kata – kata
atau perumusan yang cocok untuk menyatakan gagasan yang bersangkutan tadi
kepada sesamanya,
Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan (expressed
conscious). Lingkaran ini di dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran –
pikiran, gagasan – gagasan , dan perasaan –perasaan yang dapat dinyatakan
secara terbuka oleh si individu kepada sesamanya, yang dengan mudah diterima
dan dijawab oleh sesamanya. Simpati, kemarahan, kebencian, rasa puas , rasa
senang, kegembiraan, rasa terima kasih, konsep – konsep tentang tata cara hidup
sehari –hari, pnegetahuan yang dipahami juga oleh umum, adat istiadat sehari –
hari, peraturan – peraturan , sopan santun dan sebagainya yang dikenal semua
orang, menjadi bahan aktifitas berfikir dan pencetusan emosi manusia dari waktu
ke waktu.
Nomor 3 disebut
lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang – orang,
binatang-binatang, atau benda – benda yang oleh si individu diajak bergaul
secara mesra dan karib, yang bias dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat
mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan batin atau dikejar –
kejar oleh kesedihan dan oleh masalah – masalah hidup yang menyulitkan. Orang
tua, saudara sekandung, kerabat dekat, sahabat karib, biasanya merupakan
penghuni penting dari daerah nomor 3 dalam alam pikiran manusia ini, yang
kecuali oleh tokoh – tokoh manusia sering ditempati oleh pikiran – pikiran dan
perasaan – perasaan terhadap binatang kesayangan, benda kesayangan, benda
pusaka dan juga oleh hal – hal , ide – ide atau ideology – ideology yang dapat
menjadi sasaran kebaktian penuh dari jiwanya, seperti Tuhan bagi kita, ruh
nenek moyang bagi orang bereligi animis, ideology komunis bagi orang komunis
dan sebagainya.
Nomor 2 disebut lingkungan hubungan berguna, tidak lagi
ditandai oleh sikap sayang dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan
dari orang, binatang atau benda – benda itu bagi dirinya. Bagi seorang murid,
guru berada didaerah lingkungan 2 dari alam pikirannya; bagi seorang pedagang,
para pembelinya ada di situ; bagi seorang tukang cukur, langganannnya berada di
situ dan sebagainya. Kecuali manusia, juga banyak benda dan alat kehidupan
sehari – hari yang dipergunakan manusia secara otomatis, tanpa banyak
mengeluarkan perasaan, kecakapan atau tenaga, berada juga di daerah lingkaran
nomor 2 itu. Contoh dari benda – benda yang terletak pada lingkaran itu adalah
pakaian harian, alat-alat makan, perabot rumah tangga, uang dan sebagainya.
Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jauh, terdiri dari
pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda – benda, alat
– alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri,
tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap
kehidupan sehari – hari. Bagi petani jawa di desa – desa di Jawa tengah,
pandangan mereka tentang kota Jakarta mungkin terletak dalam daerah lingkaran
ini , bagi seorang mandor jalan di Jawa Timur, pandangan tentang computer IBM
1130 dari Departemen PUTL di Jakarta terletak dalam daerah lingkaran ini.
Mungkin orang – orang tadi akan kagum apabila mereka mendengar mengenai hal –
hal tersebut, tetapi sesudah itu tak ada kelanjutan lebih jauh dari kekaguman
tadi karena bagi hal – hal tersebut di atas tak ada tempat dan fungsi langsung
dalam kehidupan mereka.
Nomor 0 disebut lingkaran dunia luar, terdiri dari
pikiran – pikiran dan anggapan – anggapan yang hampir sama denga pikiran yang
terletak dalam lingkungan nomor 1, hanya bedanya terdiri dari pikiran – pikiran
dan anggapan – anggapan tentang orang dan hal yang terletak di luar masyarakt
dan Negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap
masa bodoh. Contoh – contohnya adalah : anggapan seorang pelajar Indonesia yang
tak pernah keluar negeri; tentang Negara Amerika, anggapan seorang pegawai
rendahan di suatu departemen di Jakarta tentang kota Kopenhagen, dan
sebaliknya.
Pada bagan psiko-sosiagram, daerah lingkaran nomor 4
dibatasi oleh garis yang digambarkan lebih tebal daripada yang lain. Garis itu
menggambarkan batas dari alam jiwa individu yang dalam ilmu psikologi disebut
personality atau “kepribadian”. Sebagian besar dari isi jiwa manusia (termasuk
yang telah didesak ke dalam daerah tak sadar dan sub sadar), sebagian besar
dari pengetahuan dan pengertiannya tentang adat –istiadat dan kebudayaannya,
sebagian besar dari pengetahuan dan pengertiannya tentang lingkungan, dan
sebagian besar dari nilai budaya dan norma – norma yang dianutnya, menurut ilmu
psikologi barat terkandung dalam kepribadian manusia.
Menurut Francis L.K.Hsu, mahluk manusia masih memerlukan
suatu daerah isi jiwa tambahan untuk memuaskan suatu kebutuhan rohaniah yang
bersifat fundamental dalam hidup manusia. Daerah isi jiwa tambahan terhadap
lingkaran – lingkaran 7,6,5 dan 4 yang menggambarkan kepribadian manusia tadi
adalah daerah lingkaran 3. Hubungan yang berdasarkan cinta dan kemesraan dan
juga rasa untuk bias berbakti secara penuh dan mutlak, merupakan suatu
kebutuhan fundamental dalam hidup manusia. Tanpa adanya tokoh – tokoh orang
atau benda – benda kesayangan, tanpa Tuhan, tanpa ide –ide atau ideology –
idelogi yang bias menjadi sasaran dari rasa kebaktian mutlak yang semuanya
menempati daerah lingkaran nomor 3 dalam alam jiwanya, hidup kerohanian manusia
tidak akan bias seimbang – selaras. Manusia yang tak mempunyai semuanya itu
akan merupakan manusia yang sangat menderita karena ia kehilangan mutu hidup,
kehilangan arti hidup, dan kehilangan landasan dari rasa keamanan murni dalam
hidup. Manusia seperti itu sering akan memilih jalan ke luar dari penderitaan
dengan bunuh diri.
Konsep yang dapat dipakai sebagai landasan untuk
mengembangkan konsep lain itu, menurut Francis L.K.Hsu adalah konsep Jen dalam
kebudayaan Cina, yaitu manusia yang berjiwa selaras, manusia yang
berkepribadian.
Usul Francis L.K.Hsu, agar para ahli psikologi tidak
hanya memakai konsep barat mengenai kepribadian itu, tetapi juga memperhatikan
unsur hubungan mesra dan bakti itu. Dalam konsep Jen, manusia yang selaras dan
berkepribadian adalah manusia yang dapat menjaga keseimbangan hubungan antara
diri kepribadiannya dengan lingkungan
sekitarnya, terutama lingkungan sekitarnya yang paling dekat dan paling serius,
kepada siapa ia dapat mencurahkan rasa cinta, kemesraan dan baktinya.
Daerah lingkaran no 4 dan 3 yang dibedakan dari yang lain
dengan garis – garis arser yang sedikit memasuki daerah lingkaran no 5 dan no 2
juga menggambarkan konsep Jen atau alam jiwa dari “manusia yang berjiwa
selaras” itu. Kedua lingkaran itu adalah daerah – daerah dalam individu yang
ada dalam suatu keadaan psikologi yang oleh Hsu disebut Psychological
homeostatis.
Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan anatar
kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Padahal konsep itu berasal dari Eropa
Barat dalam zaman ketika mereka berexoansi menjelajahi dunia, menguasai wilayah
luas di Afrika, Asia dan Oseania, dan memantapkan pemerintah – pemerintah
jajahan mereka dimana – mana. Semua kebudayaan di luar kebudayaan mereka di
Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawannya kebudayaan mereka
sendiri yang mereka sebut kebudayaan Barat.
Orang – orang yang sering mendiskusikan kontras antara
konsep tersebut secara popular, bisanya menyangka bahwa Kebudayaan Timur lebih
mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran preologis, keramahtamahan,
dan gotong royong. Sedangkan Kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan ,
pikiran logis, hubungan asas guna(hubungan hanya berdasarkan prinsip guna). Dan
individualism.
Berikut ini dipaparkan
bagan mengenai psiko-sosiagram manusia sebaaimana diuraikan di atas menurut
Prof. Dr.Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul kebudayaan, mentalitas
dan pembangunan.
D.
PENGERTIAN
KEBUDAYAAN
Apabila kita berbicara tentang kebudayaan, maka kita
langsung berhadapan denga pengertian istilahnya. Pengertian menyangkut bermacam
– macam definisi yang telah dipikikan oleh sarjana – sarjana social budaya
diseluruh dunia.
Dua orang antroplog terkemuka yaitu Melville J. Herkovits
dan Bronislaw Malinowski menegmukakan bahwa Cutural Determinism berarti segala
sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang
dimiliki masyarakat itu. Herkovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan yang
turun temurun dari generasi ke generasi hidup terus . Walaupun orang – orang
yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian
dan kelahiran. Pengertian kebudayaan meliputi bidang yang luasnya seolah - olah
tidak ada batasnya. Dengan demikian
sukar sekali untuk mendapatkan pembatasan pengertian atau definisi yang tegas
dan terinci yang mencakup segala sesuatu yang seharusnya termasuk dalam
pengertian tersebut. Dalam pengertian sehari – hari istilah diartikan sama
dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari.
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa sansekerta
berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa latin,
kebudayaan berasal dari kata colere, yang berarti mengolah tanah, jadi
kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan
oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat
tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat
melangsungkan dan mempertahankan hidupnya didalam lingkungannya. Budaya dapat
pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola –
pola perilaku yang ditularkan secara social, yang merupakan kekhususan kelompok
social tertentu.
Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek
kehidupan manusia, baik yang sifatnya material, seperti peralatan – peralatan
kerja dan teknologi, maupun yang non – material, seperti nilai kehidupan dan
seni – seni tertentu.
Seorang antropolog yaitu E.B.Tylor (1871) mendefinisikan
kebudayaan sebagai berikut :
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan
lain serta kebiasaan – kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Dengan perkataan lain kebudayaan mencakup kesemuanya yang
didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah
– kaidah dan nilai – nilai social yang perlu untuk mengatur masalah – masalah
kemasyarakatan dalam arti yang luas. Didalamnya termasuk misalnya agama,
ideology, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi
jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakt. Cipta merupakan kemampuan
mental, kemampuan berfikir orang – orang yang hidup bermasyrakat dan yang
antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan.
Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan
adalah manifestasi dari cara berfikir, hal ini amat luas apa yang disebut
kebudayaan; sebab semua laku dan perbuatan tercakup di dalamnya, dan dapat
diungkapkan pada basis dan cara berfikir, perasaan juga maksud pikiran.
Koentjaraningrat mengatakan, bahwa kebudayaa antara lain
berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
A.L Krober dan C. Kluckhon mengatakan, bahwa kebudayaan
adalah menifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas –
luasnya.
C.A.Van Peursen mengatakan, bahwa dewasa ini kebudayaan
diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang, dan kehidupan setiap
kelompok orang – orang, berlainan dengan hewan – hewan, maka manusia tidak
hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu mengubah alam.
Kroeber dan Klukhon mendefiniskan kebudayaan; kebudayaan
terdiri atas berbagai pola , bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan
reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol – symbol yang
menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok – keolompok manusia,
termasuk didalamnya mewujudkan benda – benda materi, pusat eensi kebudayaan
terdiri atas tradisi dan cita – cita atau paham, dan terutama keterikatan
terhadapan nilai – nilai.
Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan system nilai
dan gagasan utama (Vital).
Sistem nilai dan gagasan utama itu dihayati benar – benar
oleh para pendukung kebudayaan yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu,
sehingga mendominasi keseluruhan kehidupan para pendukung itu, dalam arti
mengarahkan tingkah laku mereka dalam masyarakatnya. Dapat dikatakan pula,
bahwa system nilai dan gagasan utama itu memberikan pola untuk bertingkah laku
kepada masyarakatnyam atau dengan kata lain, member seperangkat model untuk
bertingkah laku.
Sistem nilai dan gagasan utama sebagai hakekat kebudayaan
terwujud dalam tiga system kebudayaan secara terperinci, yaitu system ideology,
system social dan system teknologi.
Sistem ideology meliputi etika, norma, adat istiadat,
peraturan hokum yang berfungsi sebagai pengarahan untuk system social dan
berupa interpretasi operasional dari system nilai dan gagasan utama yang
berlaku dalam masyarakat.
Sistem social meliputi hubungan dan kegiatan social di
dalam masyarakt, baik yang terjalin didalam lingkungan kerabat, maupun yang
terjadi dengan masyarakat lebih luas serta pemimpin – pemimpinnya. Pengendalian
masyarakat dan pemimpin berkembang dengan nilai budaya dan gagasan utama yang
berlaku.
Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta
penggunaannya, sesuai dengan nilai budaya yang berlaku. Dalam kebudayaan yang
terutama agraris, misalnya dengan sendirinya system teknologi sesuai dengan
keperluasn pertanian.
E.
UNSUR
– UNSUR KEBUDAYAAN
Untuk lebih mendalami kebudayaan, perlu dikenal beberapa
masalah lain yang menyangkut kebudayaan. Misalnya apa yang disebut dengan unsur.
Yang dimaksud dengan unsur disini adalah apa saja sesungguhnya kebudayaan itu,
sehingga kebudayaan disini lebih mengandung makna totalitas dari pada sekedar
penjumlahan unsur – unsur yang terdapat di dalamnya.
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur
– unsur besar maupun unsur – unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu
kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia
dapat dijumpai unsure besar seperti umpanya Majelis Permusyawaratan Rakyat disamping
unsur – unsur kecil seperti sisir, kancing, baju, peniti dan lain – lainnya
yang dijual di pinggir jalan.
Beberapa orang sarjana, telah mencoba merumuskan unsure –
unsure pokok kebudayaan, misalnya Melville J. Herkovits mengajukan pendapatnya
tentang unsure kebudayaan. Dikatakannya bahwa hanya ada empat unsur dalam
kebudayaan, yaitu alat – alat teknologi, system ekonomi, keluarga dan kekuatan
politik. Sedangkan Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa unsur – unsure itu
terdiri dari system norma, organisasi ekonomi, alat – alat atau lembaga ataupun
petugas pendidikan dan organisasi kekuatan.
C.Kluckhohn didalam karyanya berjudul Universal
Categories ofCulture mengemukakan, bahwa ada tujuh unsure kebudayaan universal
, yaitu :
1. Sistem
Religi (system kepercayaan)
Merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia
yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas
kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia
takut, sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi
agama.
2. Sistem
organisasi kemasyarakatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo socius.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun memiliki akal, maka disusunlah
organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem
pengetahuan
Merupakan produk manusia sebagai homo sapiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu didapat juga
dari orang lain. Kemampuan manusia mengingat – ingat apa yang telah diketahui
kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa, menyebabkan
pengetahuan menyebar luas. Lebih – lebih bila pengetahuan itu dibukukan, maka
penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
4. Sistem
mata pencaharian hidup dan system – system ekonomi
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus
menjadikan tingkat khidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem
Teknologi dan Peralatan
Merupakan produk dari manusia sebagai homo faber.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat
memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat membuat dan mempergunakan alat.
Dengan alat – alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi
kebutuhannya daripada binatang.
6. Bahasa
Merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens.
Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode) yang kemudian
disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan dan akhirnya menjadi bentuk bahasa
tulisan.
7. Kesenian
Merupakan hasil dari manusia sebagai homo aesteticus.
Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya, maka dibutuhkan kebutuhan
psikisnya untuk dipuaskan. Manusia bukan lagi semata – mata memenuhi kebutuhan
isi perut saja, mereka juga perlu pandangan mata yang indah, suara yang merdu,
yang semuanya dapat dipenuhi melalui kesenian.
Cultural –universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke
dalam unsur – unsur yang lebih kecil. Disebut kegiatan – kegiatan kebudayaan
atau cultural activity Contoh cultural universal pencaharian hidup dan ekonomi
antara lain mencakup kegiatan – kegiatan seperti pertanian, peternakan,system
produksi, system distribusi, dll. Cultural activity dapat dibagi lagi menjadi
unsure –unsur yang lebuh kecil lagi yang disebut trait-complex. Misalnya
kegiatan pertanian menetap meliputi unsur – unsur irigasi, system pengolahan
tanah dengan bajak, system hak milik atas tanah, dan lain sebagainya.
Selanjutnya trait-complex mengolah tanah dengan bajak, akan dapat dipecah –
pecah ke dalam unsure – usnur yang lebih kecil lagi, misalnya hewan – hewan
yang menarik bajak, teknik mengendalikan bajak, dan seterusnya. Akhirnya
sebagai unsure kebudayaan terkecil yang membentuk trait, adalah items contoh,
alat bajak terdiri dari gabungan alat – alat atau bagian – bagian yang lebih
kecil lagi yang dapat dilepaskan, akan tetapi pada hakekatnya merupakan suatu
kesatuan.
Masalah lain yang juga penting tentang kebudayaan adalah
wujudnya. Pendapat umum mengatakan, bahwa kebudayaan dapat dibedakan dalam dua
bentuk wujudnya. Pertama, kebudayaan bendaiah (material) dengan cirri dapat
dirasa saja. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) denga cirri dapat dirasa
saja.
F.
WUJUD
KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan
mempunyai tiga wujud yaitu :
1.
Kompleks gagasan, konsepm dan pikiran
manusia :
Wujud ini disebut system budaya, sifatnya abstrak, tidak
dapat dilihat, dan berpusat pada kepala – kepala manusia yang menganutnya, atau
dengan perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan
bersangkutan hidup. Kalu warga masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka dalam
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan
buku – buku hasil karya para penulis warga masyarakat yang bersangkutan.
Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi
micro film dan microfish.
2.
Kompleks aktivitas :
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut
system social. Sistem social ini terdiri dari aktivitas – aktivitas manusia –
manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain dari
detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola
– pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian
aktivitas manusia dalam masyarakat, system social bersifat konkret terjadi
disekeliling kita sehari – hari, bisa diobservasi, difoto dan didokumentasi.
3.
Wujud sebagai benda :
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas
dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai
tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai
keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret bias juga
disebut kebudayaan fisik, muai dari benda yang diam sampai pada benda yang
bergerak.
Ketiga wujud dari kebudayaan tadi, dalam kenyataan
kehidupan masyarakat tak terpisah satu sama lain. Kebudayaan ideal dan adat
istiadat mengatur dan member arah kepada tindakan – tindakan dan karya manusia.
Baik pikiran – pikiran dan ide – ide, maupun tindakan dalam karya manusia,
menghasilkan benda – benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik
membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan
manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pula pola – pola
perbuatannya, bahkan juga cara berfikrnya.
Semua unsur budaya dapat dipandang dari sudut ketiga
wujud masing – masing tadi. Sebagai contoh STMIK / STIE Gunadarma. Sebagai
suatu lembaga pendidikan tinggi, sekolah tinggi tersebut merupakan suatu unsure
dalam rangka kebudayaan Indonesia sebagai keseluruhan. Maka oleh karena itu
sekolah tinggi dapat merupakan suatu unsur kebudayaan yang ideal, yang pada
khususnya terdiri dari cita – cita Sekolah tinggi, norma – norma untuk para
karyawan, dosen atau mahasiswanya, tata tertib ujian, pandangan – pandangan
baik yang bersifat ilmiah maupun yang popular dan sebagainya. Sebaliknya, STMIK
/ STIE Gunadarma juga terdiri dari suatu rangkaian aktivitas dan tindakan
dimana manusia saling berhubungan atau berinteraksi dalam hal melaksanakan
berbagai macam kegiatan. Ada yang member kuliah, ada yang mencatat, ada yang
meminjam buku, ada yang mengetik surat, dan sebagainya. Orang dapat juga
mengadakan penelitian tentang STMIK / STIE Gunadarma tanpa memperhatikan hal –
hal tersebut diatas. Ia hanya memperhatikan Gunadarma sebagai himpunan benda
fisik, yang harus diinventarisasi. Itulah sebabnya ia hanya melihat Gunadarma
sebagai suatu kompleks gedung – gedung , ruang kuliah, ruang praktekum, deretan
buku – buku, sekumpulan komputer dan lainnya.
G.
ORIENTASI
NILAI BUDAYA
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki system nilai.
Menurut C. Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961)
system nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal
menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu :
1.
Hakekat hidup Manusia (MH)
Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara
eksterm ada yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola – pola kelakuan tertentu menganggap
hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”.
2.
Hakekat karya manusia (MK)
Setiap kebudayaan hakekatnya berbeda – beda, diantaranya
ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan
kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya
lagi.
3.
Hakekat waktu manusia (WM)
Hakekat waktu untuk
setiap kebudayaan yang ada berpandangan mementingkan orientasi masa lampau, ada
pula yang berpandangan untuk masa kini atau masa yang akan datang.
4.
Hakekat alam manusia (MA)
Ada
kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan
alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan manusia harus
harmonis dengan alam dan manusia harus
menyerak kepada alam.
5.
Hakekat hubungan manusia (MN)
Dalam
hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia, baik secara
horizontal (sesamanya) maupun secara vertical (orientasi kepada tokoh – tokoh).
Ada pula yang berpandangan individualities ( menilai tinggi kekuatan sendiri ).
H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Masyarakat dan
kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan
kebudayaan primitive yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat
lainnya.
Tidak ada kebudayaan
yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan
sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah
kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena itu mengadakan hubungan –
hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan antar
kelompok manusia didalam masyarakt.
Terjadi gerak / perubahan ini disebabkan
oleh beberapa hal :
1.
Sebab – sebab yang berasal dari dalam
masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi
penduduk.
2.
Sebab – sebab perubahan lingkungan alam
dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada
dalam jalur – jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung
untuk berubah lebih cepat.
Perubahan ini, selain
karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan,
penemuan –penemuan baru , khususnya teknologi dan inovasi.
Perubahan social dan
perubahan kebudayaan berbeda. Dalam perubahan social terjadi perubahan struktur
social dan pola – pola hubungan social, antara lain, system politik dan
kekuasaan, persebaran penduduk, system status, hubungan – hubungan di dalam
keluarga.
Perubahan social adalah
segala perubahan pada lembaga – lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai –
nilai, sikap – sikap dan pola – pola perilaku di antara kelompok – kelompok
dalam masyarakat.
Sedangkan perubahan
kebudayaan atau akulturasi terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur – unsur suatu kebudayaan asing yang
berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur –unsur kebudayaan asing itu dengan
lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Perubahan kebudayaan
ialah perubahan yang terjadi dalam ide yang dimilki bersama oleh para warga
masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain aturan
– aturan, norma – norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga
tenologi, selera, rasa keindahan (kesenian), dan bahasa.
Proses akulturasi di
dalam sejarah kebudayaan terjadi dalam masa – masa silam. Biasanya suatu
masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat – masyarakat lainnya dan antara
mereka terjadi hubungan – hubungan, mungkin dalam lapangan perdagangan,
pemerintah dan sebagainya. Pada saat itulah unsur – unsur masing – masing
kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar – besaran, dahulu kala,
mempermudah berlangsungnya akulturasi tersebut. Beberapa masalah yang
menyangkut proses tadi adalah :
a
Unsur – unsur kebudayaan asing
manakah yang mudah diterima,
b
Unsur – unsur kebudayaan asing
manakah yang sulit diterima,
c
Individu – individu manakah yang
cepat menerima unsur – unsur yang baru,
d
Ketegangan – ketengangan apakah
yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut,
1.
Pada umumnya unsur – unsur kebudayaan asing
yang mudah diterima adalah:
a
Unsur kebudayaan kebendaan seperti
peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat
bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya alat tulis menulis yang banyak dipergunakan
orang Indonesia diambil dari unsur – unsur kebudayaan Barat.
b
Unsur – unsur yang terbukti membawa
manfaat besar, misalnya radio, computer, telephone yang banyak membawa kegunaan
terutama sebagai alat komunikasi.
c
Unsur – unsur yang dengan mudah disesuaikan
dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur – unsur tersebut, seperti mesin
penggiling padi yang dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang
sederhana, dapat digunakan untuk memperlengkapi pabrik – pabrik penggilingan.
2.
Unsur – unsur kebudayaan yang sulit
diterima oleh masyarakat adalah :
a. Unsur
yang menyangkut system kepercayaan seperti ideology, falsafah hidup dan lain –
lainnya.
b. Unsur
– unsur yang dipeljari pada taraf pertama proses sosialisai. Contoh yang paling
mudah adalah soal makanan poko suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok
sebagai besar masyarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok
lainnya.
3.
Pada umumnya generasi muda dianggap
sebagai individu – individu yang cepat menerima unsur – unsur kebudayaan asing
yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai
orang – orang kolot yang sukar menerima unsure baru. Hal itu disebabkan karena
norma – norma yang tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai sehingga
sukar sekali untuk mengubah norma – norma yang sudah demikian meresapnya dalam
jiwa generasi tua tersebut.
4.
Suatu masyarakat yang terkena proses
akulturasi , selalu ada kelomok – kelompok individu yang sukar sekali atau
bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi.
Berbagai factor yang
mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
1.
Terbatasnya masyarakat memilki hubungan
atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang – orang yang berasal dari luas
masyarakat.
2.
Jika pandangan hidup dan nilai – nilai
yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai – nilai agama.
3.
Corak struktur social suatu masyarakat
turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
4.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur – unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5.
Apabila unsur yang baru itu memiliki
skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh
warga masyarakat yang bersangkutan.
I.
KAITAN
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Hubungan antara manusia
dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hungungan antara manusia
dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu
sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap :
1.
Eksternalisasi , yaitu proses dimana
manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui
eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2.
Obyektivitas, yaitu proses dimana
masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia.
3.
Internalisasi, yaitu proses dimana
masyarakat disergap kembali oleh manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND...R.../SMI-3.pdf
2.
atrisumantri.blogspot.com/2011/10/manusia-dan-kebudayaan.html
3.
staffsite.gunadarma.ac.id/dimyati/index.php?stateid=download